Kamis, 03 Desember 2009

Ciliwung impianku

CILIWUNG IMPIANKU

Sungai Ciliwung yang mempunyai hulu di daerah Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak, merupakan sungai yang mengalir di tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan dan perumahan padat serta ramai. Karena letaknya yang berada di tengah kota Jakarta dan melintasi perkampungan serta perumahan padat, Sungai Ciliwung tersebut mempunyai fungsi utama sebagai saluran pembuangan air hujan, agar air hujan tersebut tidak menggenangi pemukiman rumah penduduk dan tidak terjadi banjir.

Sungai berubah dari waktu ke waktu, demikian juga dengan Sungai Ciliwung. Jalur alirannya kini banyak di manipulasi menjadi berupa kanal – kanal yang berfungsi sebagai pengendalian banjir. Pemukiman liar berupa gubuk – gubuk dan bangunan rumah semi permanen menjadi hiasan bantaran Sungai Ciliwung. Belum lagi gundukan sampah – sampah rumah tangga yang membuat aliran Sungai Ciliwung tidak lancar dan menjadi ancaman akan terjadi banjir ketika musim hujan tiba. Di antara gundukkan sampah tersebut terlihat ada beberapa warga yang memanfaatkannya untuk mengais rejeki dengan mengambil sampah – sampah yang masih dapat didaur ulang seperti berupa botol – botol dan gelas – gelas bekas kemasan air mineral untuk mereka jual kepada para pengumpul sampah daur ulang. Sungguh memperihatinkan, tetapi pemandangan yang demikianlah yang senantiasa tergambar dalam realitas bantaran Sungai Ciliwung pada saat ini.

Sungai Ciliwung mengalami berbagai kerusakkan yang sebagian besar penyebabnya adalah akibat ulah manusia. Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung tiada lagi mengindahkan Perda serta Undang – Undang yang melarang untuk membuang sampah ke sungai, akibatnya mereka dengan seenaknya membuang sampah ke sungai tanpa pernah memikirkan dampak buruknya. Jika masyarakat sekitar bantaran Sungai Ciliwung terus membuang sampahnya ke sungai maka akan mengakibatkan aliran sungai menjadi terhambat dan tidak lancar akibat sungai dipenuhi oleh gundukkan sampah, jika keadaan ini dibiarkan maka Sungai Ciliwung akan mengalami pendangkalan, bukan tidak mungkin lagi bahwa banjir akan senantiasa menghantui masyarakat sekitar bantaran Sungai Ciliwung setiap kali musim hujan tiba. Gundukkan Sampah yang menghalangi aliran Sungai Ciliwung tersebut ada beberapa yang merupakan sampah yang tidak lazim, berupa kasur, meja, kayu bekas peti kemasan hingga potongan balok kayu besar yang cukup sulit untuk diangkut oleh petugas kebersihan. Masalah lainnya yang tak penah kunjung usai adalah mengenai keberadaan pemukiman liar di bantaran Sungai Ciliwung. Pemukiman liar berupa gubuk – gubuk dan bangunan rumah semi permanen dapat mengakibatkan penyempitan lebar sungai Ciliwung dan dapat membuat aliran Sungai Ciliwung menjadi tidak lancar akibat kayu – kayu pondasi bangunan rumah yang berada di aliran sungai tersebut. Pemerintah terkait permasalahan tersebut telah mengupayakan dinas Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) untuk menertibkan gubuk – gubuk liar yang berada di bantaran Sungai Ciliwung agar lahan tersebut dapat segera dikosongkan. Namun, kerap kali pemukiman liar itu dibangun kembali dengan alasan karena tidak lagi mempunyai tempat tinggal yang lain, sehingga pemerintah harus melakukan penertiban dan pengosongan kembali lahan tersebut.

Untuk melestarikan Sungai Ciliwung dibutuhkan peran serta dari semua elemen masyarakat, terutama masyarakat yang hidup di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. Masyarakat yang hidup di sekitar bantaran Sungai Ciliwung hendaknya mengindahkan Perda serta Undang – Undang pemrintah yang melarang untuk membuang sampah ke sungai. Mereka seharusnya mengubah perilaku buruk mereka dengan membiasakan diri dengan hidup bersih dan membuang sampah – sampah ke tempat penampungan sampah yang telah disediakan. Pemerintah juga harus terus mengawasi dan tegas terhadap masyarakat yang melanggar aturan tersebut. Pemerintah bersama dinas Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) harus dapat menertibkan gubuk – gubuk liar yang berada di bantaran Sungai Ciliwung dan memberikan sanksi yang tegas terhadap masyarakat yang membangun kembali gubuk – gubuk liar di sekitar bantaran Sungai Ciliwung, sehingga setelah lahan tersebut telah dapat dikosongkan, lahan itu dapat segera dimanfaatkan untuk penghijauan dengan tanaman pelindung dan dapat juga dibuat lubang biopori yang berfungsi menyimpan air cadangan saat musim kemarau dan mengantisipasi terjadinya banjir saat musim hujan. Selain itu, pemerintah harus mengupayakan pembersihan terhadap sampah – sampah yang ada di Sungai Ciliwung bersama – sama dengan instansi terkait seperti anggota Satpol PP dan anggota TNI-AD dengan menggunakan bantuan berupa alat – alat berat seperti Beco misalnya, agar sampah dari hulu tidak bertambah terus dan tidak terjadi penghambatan aliran sungai. Pemerintah juga harus merawat secara berkala kondisi pintu – pintu air yang dilalui oleh aliran Sungai Ciliwung agar pintu – pintu air tersebut dapat berfungsi dengan optimal, sehingga aliran Sungai Ciliwung menjadi lancar.

Sungai Ciliwung yang bersih, asri, bebas dari pemukiman liar dan dapat berfungsi sebagai lahan konversi adalah impian bagi semua masyarakat, khususnya warga yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. Namun, untuk dapat mewujudkan mimpi tersebut memang tak semudah membalikkan telapak tangan, karena begitu banyak pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan terkait dengan kondisi Sungai Ciliwung saat ini yang semakin hari semakin memperihatinkan. Mungkin saja, impian ini tidak akan pernah menjadi kenyataan dan hanya akan menjadi angan – angan semata jika segenap masyarakat dan pemerintah tidak dapat bekerja sama untuk dapat segera melakukan pembenahan dan pengembalian fungsi utama Sungai Ciliwung, atau Sungai Ciliwung hanya akan menjadi ancaman dan mimpi buruk bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Ciliwung karena setiap saat musim hujan tiba, akan mengakibatkan bencana banjir yang senantiasa membawa banyak dampak kerugian bagi masyarakat baik materi maupun non materi. Jika impian ini terwujudkan, Sungai Ciliwung mungkin tidak hanya berfungsi sebagai penanggulangan banjir serta lahan konversi semata, tapi merupakan kebanggaan yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar bantaran Sungai Ciliwung khususnya.