Rabu, 19 Agustus 2009

Tausiyah VI

Assalamu’alaikum Warrahmatullah wabarakatuh...

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabatnya, dan kepada pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga yaumil akhir.

Alkisah, suatu hari Rasulullah SAW sedang dalam perjalanan bersama para sahabatnya. Namun, ditengah perjalanan Rasulullah turun dari Untanya dan kemudian menengadahkan tangannya layaknya orang yang berdoa, lantas setelah itu beliau pun sujud. Kemudian Rasulullah kembali bangun dan menengadahkan tangannya seperti layaknya orang yang berdoa untuk kedua kalinya, dan setelah itu beliau pun kembali sujud. Kemudian Rasulullah bangun dan kembali menengadahkan tangannya untuk ketiga kalinya, dan setelah itu pun beliau kembali bersujud. Setelah beliau selesai, seorang sahabat Rasullullah yaitu Muadz Ra bertanya kepada beliau karena Muadz Ra begitu penasaran dengan hal apakah yang baru saja Rasulullah perbuat. Lalu Rasulullah SAW menjawab bahwasanya beliau baru saja berdoa agar sepertiga umatnya mendapatkan syafaat dihari kiamat nantinya, Allah mengabulkan doa Rasulullah bahwa sepertiga umat Rasulullah SAW akan mendapatkan syafaat di hari kiamat nanti, karena doanya dikabulkan lantas Rasulullah pun langsung bersujud sebagai tanda syukurnya kepada Allah. Lalu beliau bangun kembali dan kembali berdoa kepada Allah agar sepertiga umatnya yang kedua mendapatkan syafaat di hari kiamat nantinya, lalu Allah mengabulkannya bahwa sepertiga umatnya yang kedua akan mendapatkan syafaat dihari kiamat nantinya, lantas beliau kembali bersujud sebagai tanda syukurnya. Lalu beliau bengun kembali dan berdoa lagi untuk ketiga kalinya agar sepertiga umanya yang ketiga akan mendapatkan syafaat di hari kiamat nantinya, lalu Allah mengabulkannya bahwa sepertiga umatnya yang ketiga akan mendapatkan syafaat dihari kiama nantinya, kemudian Rasulullah kembali bersujud sebagai tanda syukurnya kepada Allah karena doanya telah dikabulkan.
Sahabat – sahabatku pengurus MT al – khawarizmi rahimakumullah...
Terbesit sebuah pertanyaan ketika kita dapat memahami sebuah pesan dari kisah diatas, yaitu Apakah kita termasuk kepada golongan umat Rasulullah SAW yang akan mendapatkan syafaat di hari kiamat nantinya??? Bisa saja kita mengaku – ngaku sebagai umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW, tapi beliau tidak mau mengakui kita sebagai umatnya...

Didalam diri Kita ada segumpal daging yang mana jika segumpal daging itu baik, maka baiklah diri kita ini dan manakala segumpal daging itu buruk, maka buruklah diri kita ini, dan segumpal daging itu adalah Hati. Hati adalah lentera bagi kita, karena manakala hati kita bersih, maka hidayah serta petunjuk Allah lah yang senantiasa menghiasinya. Namun, indahnya dunia yang fana ini terkadang membuat kita lupa dan terlena. Disaat kita memandang seisi dunia ini dengan segala aktivitas – aktivitas yang menghiasinya, kemudian dari pandangan mata tersebut diproses dalam logika dan menjadi keinginan dan angan – angan dalam hati, tentunya keinginan – keinginan yang berhubungan dengan dunia. Untuk itu Rasulullah melarang kita untuk panjang angan – angan, karena semua keinginan – keinginan akan dunia yang fana ini dapat mengotori dan membutakan hati kita. Kita akan menjadi seseorang yang begitu berambisi pada dunia ini dan ingin memiliki semua yang ada di dunia ini hingga timbul pikiran untuk menghalalkan berbagai cara untuk meraih ambisi tersebut. Nauzubillah...

Rasulullah SAW bersabda : “Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seperti seorang pengambara. Apabila engkau telah memasuki waktu sore, maka janganlah engkau menanti datangnya waktu pagi, dan apabila engkau telah memasuki waktu pagi, maka janganlah engkau menanti datangnya waktu sore. Ambilah waktu sehatmu untuk ( bekal masa ) sakitmu, dan hidupmu untuk ( bekal ) matimu.”

Seorang pejalan atau pengembara selalu menyiapkan bekalnya saat bepergian dan tidak berlebihan dengan barang bawaanya agar dapat mengurangi beban perjalanannya. Ini adalah indikasi untuk berzuhud di dunia dengan nafkah yang secukupnya, sebagaimana seorang musafir yang tidak memerlukan bekal berlebihan, kecuali sekedar yang diperlukannya untuk dapat sampai ke tempat tujuannya. Bahkan, imam nawawi menjelaskan untuk tidak memprioritaskan harta dan dunia, sehingga melupakan kewajiban dasarnya. Wallahualambishawab.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat dan Hidayahnya dan menjadikan kita golongan orang – orang yang selalu mengingatnya, golongan orang – orang yang senantiasa memperbaiki diri dan golongan orang – orang yang ikhlas bieribadah semata- mata kepada Allah. Amin.
Wassalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh...

Semangatz Yuk untuk menggapai Syurganya Allah...=)

2 komentar:

annie neey mengatakan...

mari kita perbanyak sholawat untuk Rasulullah..

Rasulullah yang sangat mencintai umatnya..

semoga kita termasuk umat yang dicintainya..

Rendra mengatakan...

Daripada kita uuuu..lebih baik kita sholawatan..hehe..
Amiin..smg kita termasuk umatnya yg dicintainya..=)